Minggu, 19 Juni 2011

Perjuangan Malang-Surabaya-Bangkalan (PP)

Hari Selasa, 14 Juni 2011 adalah perjalan yang amat panjang dalam hidupku. Baru pertama kali ini aku membuat keputusan yang sangat berani. Pada awalnya antara iya dan tidak. Namun karena tuntutan tugas tesisku akhirnya aku memutusakan untuk pergi. Kesulitan yang aku hadapi adalah dengan siapa aku akan pergi? Awalnya aku mengajak Rosy, namun dia menolak karena dia tidak berani melakukan perjalan dengan naik motor. Lalu aku berpikir dengan siapa aku akan pergi? Terlintas dipikiranku adalah Mbak Ima. Awalnya Mbak Ima setuju, namun setelah izin dengan suaminya Mbak Ima tidak diperbolehkan karena alasan naik motor. Lalu aku berpikir lagi siapa yang bisa menemaniku dalam perjalan? Terlintas muncul nama Risca. Lalu aku segera menelponnya dan dia menyetujuinya. Namun dari Malang-Sidoarjo aku harus menyetir motor sendirian. Tapi tidak apa-apa asalkan ada temannya semuanya pasti akan baik-baik saja. Lagipula aku membutuhkan Risca sebagai petunjuk jalan di Surabaya karena pada dasarnya aku sendiri tidak hapal dengan jalan di Surabaya.
Perjalanan Malang-Sidorjo aku tempuh selama + 2 jam. Awalnya perjalanan aku lalui dengan udara yang amat sejuk dan dingin. Namun setelah sampai Prigen cuaca sangat panas menyengat. Untung aku sudah mempersiapkan perlengkapan untuk melindungi tubuhku (aku memakai kacamata untuk melindungi sinar matahari, aku memakai masker untuk melindungi dari polusi udara, dan aku memakai sarung tangan untuk melindungi tanganku dari terik sinar matahari yang menyengat. Dengan niat yang tulus akhirnya sampei juga di Sidoarjo. Lalu aku menjemput Risca di tempat perjanjian, yaitu di RSUD Sidoarjo.
Setelah itu perjalanan berlanjut menuju ke Intiland Tower di mana laptopku sedang diperbaiki di tempat tersebut. Ternyata selama 3 minggu tiada hasil sama sekali. Laptopku tetap mati, ujung-ujung kalau ingin laptopnya hidup harus ganti sparepartnya seharga 7 juta. Daripada ganti sparepart lebih baik beli laptop baru. Itu yang aku pikirkan saat itu. Langsung saja aku ambil laptop dan rencanaku aku akan membawanya ke tempat servis yang lain. Setelah itu kami berdua melanjutkan perjalanan ke Bangkalan untuk mengambil Hard Disk laptopku yang ketinggalan di rumah Bangkalan.
Perjalanan yang tiada henti, tetap aku yang menyetir karena Risca tidak bisa mengendarai sepeda motor. Sampai di Suramadu, tepat di tengah-tengah jembatan kami berdua memutuskan berhenti dan mengindahkan peraturan yang ada. Tetap saja sifat eksis diriku muncul di sini. Kami berdua akhirnya berfoto ria di Suramadu. Dan ternyata banyak kendaraan lain yang berhenti juga. Ternyata kita ada temannya.
Sesampainya di Bangkalan Mbak Dinik terkejut melihatku. Dia hanya menampilkan ekspresi terheran-heran. Maklum Mbak sifat turunan dari Ibu (dalam hati). Aku lalu mengemasi sebagian pakaianku yang aku tinggal di sana dan rencananya kubawa ke Malang karena di Malang tidak ada baju sama sekali. Setelah tujuanku di Bangkalan sudah aku masukkan ke dalam 2 tas yang aku bawa akhirnya kita melanjutkan perjalanan pulang. Sebelum pulang ternyata Mas Roby datang dan menampilkan ekspresi yang terkejut dan terheran-heran. Dan akhirnya tanpa diduga aku mendapatkan gaji. Yippie!!!
Perjalanan pun berlanjut. Pantat, tangan, dan kakiku pegal linu semua. Sesampainya di Surabaya kita berdua memutuskan untuk berhenti di Dunkin Donuts untuk beristirahat sejenak.Setelah beberapa jam beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan Risca ke pulang. Baru pertama kali ini aku ke rumah Risca temanku. Aku mengucapkan terima kasih padanya. Sampai di rumah Risca ternyata jam 4 sore. Aku akhirnya tidak mampir ke rumahnya. Lalu aku melanjutkan perjalanan lagi.
Ketakutanku mulai muncul saat matahari mulai tenggelam. Kata Risca kamu lurus saja tidak usah belok. Namun aku melihat petunjuk jalan kalau ke araha Malang belok kiri. Karena posisi terjebak macet akhirnya aku memutuskan untuk belok dan ternyata itu adalah jalan asing bagiku karena aku merasa aku tidak pernah lewat sini sebelumnya. Mana bensin mulai habis tambah lagi kekhawatiranku. Akhirnya setelah melakukan perjalan yang kanan kirinya dikelilingi oleh sawah-sawah yang luas (short cut menurutku) aku menemukan sebuah pom bensin. Aku lalu mampir dan menanyakan kepada pegawai SPBU tentang arah ke Malang. Ternyata memang benar jalan ini mengarah ke Malang. Ujung dari jalan ini adalah Porong.
Senang sekali setelah melewati Porong. Namun hari mulai gelap aku tetap melakukan perjalanan dengan sepeda motorku. Meskipun lelah aku tetap mengendarai motorku. Dan yang aku herankan adalah aku tidak mengantuk sama sekali. Hatiku menjadi tenang setelah melewati Prigen dan sekitarnya. Motorku tetap melaju ke depan. Sesampai di Malang aku tidak pulang ke rumah melainkan ke Matos untuk membeli HDD (kulitnya saja). Aku memilih Matos karena ada pameran laptop (pikirku) dan ternyata pamerannya sudah selasai. Sedikit kecewa juga, namun langkahku berhenti di SKC TI. Di situ aku mengambil data yang ada di Hard Diskku. Awalnya tidak mulus untuk mengopy data soalnya komputer di tempat itu harus di install ulang. Aku akhirnya menunggu. Penantianku tidak sia-sia. Setelah semua beres aku pulang ke rumah. Sampai di rumah jam 21.30 WIB. Pengalaman yang patut aku ceritakan kepada anak-anakku dan cucu-cucuku kelak. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar